Minggu, 28 Juni 2009

SBY, ANTARA OMDO, PENCITRAAN DAN FAKTA

Sekitar 5 tahun lalu, saat kampanye Pilpres 2004 SBY berjanji akan memimpin sendiri pemberantasan korupsi di Indonesia, janji ini adalah salahsatu janji SBY yang paling lekat di memori rakyat dan membuat sebagian rakyat tertarik untuk memilihnya sebagai Presiden.
Ternyata setelah 5 tahun janji tersebut terbukti hanya omdo alias omong doang. Berturut-turut selama 5 tahun pemerintahan SBY, laporan tahunan BPK yang menyatakan "disclaimer" atau "tidak dapat dipertanggungjawabkan" untuk keuangan pemerintah pusat menguak fakta kebobrokan pengelolaan keuangan pemerintah pusat yang dipimpin Presiden SBY. Laporan Political and Economic Risk Consultancy (PERC) ternyata juga menempatkan Indonesia masih sebagai negara terkorup di Asia.
Selama ini, melalui pencitraan yang diarsiteki antara lain oleh Malarangeng bersaudara, SBY dan pemerintahannya dikesankan seolah-olah bersih dan anti korupsi, seolah-olah satu kata dan perbuatan, atau seolah-olah clean government menurut SBY yang sangat gemar berbahasa Inggris. Demikan pula dengan iklan partai Demokrat pada kampanye Pileg dan iklan pasangan SBY-Boediono pada kampanye Pilpres, dikesankan seolah-olah pemerintah SBY sebagai pemerintah bersih, dalam iklan ini divisualkan orang-orang partai Demokrat seperti Edi Baskoro (anak SBY), Anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh yang menolak korupsi. Dirjen Pajakpun tak mau ketinggalan, membuat iklan "apa kata dunia" yang juga mengesankan aparat pajak seolah-olah kini sudah bersih dari suap dan korupsi.
Ternyata masih sangat lebar jurang antara pencitraan dan kenyataan sebenarnya, sejauh bumi dan langit, banyak yang hanya "omong doang". Memang sekedar pencitraan saja tanpa didukung fakta pada akhirnya akan terkuak juga dengan telanjang. Rakyat tidak membutuhkan sekedar pencitraan tapi benar-benar membutuhkan kejujuran yang sejujur-jujurnya dalam mengungkap kenyataan.